Peradaban Cina Kuno
Ada tiga Negara Asia yang disebut-sebut
sebagai Negara industri baru (new countries of industry) yang
sedang menaiki tahta kemajuan: Cina, Jepang, dan Korea (selatan). Secara
historis, berdirinya Negara Cina modern yang sekarang disebut Republik Rakyat
Cina-Chung Hua Jen Min Kung Ho Kuo. Nama tersebut merupakan nama resmi yang
digunakan oleh Cina dalam bahasa aslinya.[1]
Peradaban Cina merupakan salah satu peradaban tertua di dunia. Hal tersebut
dapat dilihat dari banyaknya dinasti-dinasti yang pernah berdiri dan berkuasa
dengan rentan waktu yang sangat bervariasi.
Peradaban
Cina Kuno terbentuk
Awal
mula perkembangan peradaban Cina Kuno berasal dari daerah sekitar sungai Huang
Ho (Kuning) di Utara dan sungai Yang Tse di Selatan. Kedua sungai ini disamping
sering membawa musibah banjir namun juga berkah tersendiri bagi masyarakat yang
tinggal di sekitarnya. Luapan banjir tersebut membawa endapan tanah yang subur
sehingga banyak tanaman tumbuh subur di atasnya. Sejak zaman Neolitikum (batu
muda), penduduk Cina kuno sudah mengembangkan budaya agraris di sekitar sungai
Huang Ho dan sungai Yang Tse.
Secara geografis dan historis, Cina asli
terbagi atas Cina Utara dan Cina Selatan. Adapun yang menjadi batas geografis
antara kedua bagian itu adalah Chinling Shan dan Hui Shan (pegunungan
Chingling dan Hui). Tanah Cina yang paling asli sesungguhnya adalah Cina utara,
terutama lembah sungai Kuning. Di daerah inilah mula-mula terjadi, tumbuh, dan
berkembang peradaban Cina yang kemudian meluas ke seluruh Cina selatan.[2]
Sejarah peradaban Cina dibagi kedalam beberapa periodisasi. Adanya periodisasi
sejarah Cina disusun ke dalam zaman-zaman menurut sejarah lahirnya dinasti-dinasti.
J.L. Duyvendak mengemukakan pendapatnya tentang periodisasi sejarah Cina
sebagai berikut:
1.
Zaman
Shang (1523-1028 SM), biasa disebut zaman
prakasik
2.
Zaman
Chou (108-256 SM), biasa disebut zaman kuno atau klasik
3.
Zaman
Ch’in (221-206 SM) dan zaman Han
(206 M – 220 M), lazim disebut zaman kuno akhir
Perkembangan
Dinasti-dinasti pada masa Cina Kuno
Sejarah
Cina kuno ditandai oleh muncul dan runtuhnya dinasti. Setiap dinasti memiliki
ciri yang berbeda dalam hal perdaban yang diciptakannya.[4]
Berikut beberapa dinasti pada masa Cina kuno:
1.
Dinasti
Shang dan Peradabannya (1500-1027 SM)[5]
Dinasti Shang adalah dinasti kedua setelah
dinasti Hsia (2000-1500 SM). Hanya sedikit data sejarah mengenai dinasti Hsia
ini, terkecuali berdasarkan temuan-temuan arkeologis. Dinasti ini merupakan
dinasti Cina asli yang tumbuh dan berkembang disekitar lembah sungai Kuning.[6]
Karena kawasannya relatif aman, maka dinasti Shang ini mampu mengembangkan
bentuk pemerintahan dan peradaban. Ibu kota dinasti Shang ini berada di kota
Anyang yang terletak di sebelah utara lembah sungai Kuning. Kota Anyang merupakan
salah satu kota tertua di Cina selain kota Chengchou. Pada kedua kota tersebut,
dinasti Shang menggolongkan masyarakatnya secara sederhana sesuai perannya.
Namun penggolongan ini bukan berarti kasta seperti bangsa Arya (India).
Golongan yang berkuasa adalah para Raja
bersama birokrasinya yang mengatur pekerjaan dan kehidupan rakyat. Golongan
tersebut didukung oleh golongan Ksatria serta memiliki peran untuk mengontrol
kehidupan budak dan petani yang berstatus setengah budak. Meskipun berada
dibawah kontrol golongan yang berkuasa tersebut, para petani mampu
mengembangkan kehidupan agraris yang lebih baik. Para petani mampu memproduksi
sutra sebagai kegiatan ekonomi mereka. Sedangkan para perajin mampu
mengembangkan kerajianan perunggu. Perunggu tersebut digunakan sebagai
perhiasan bagi para bangsawan, sebagai upacara ritual, dan sebagai bahan
pembuat senjata.
Pada masa dinasti Shang inilah mulai
dikenal tulisan. Awal terciptanya tulisan Cina berkaitan dengan kepercayaan
yang dianut Dinasti Shang. Raja-raja Shang adalah juga pendeta yang sering memohon
kepada Dewa. Alat yang digunakan untuk meminta permohonan dan doa tersebut
adalah tulisan gambar (pictograph) yang ditulis dipermukaan tulang sapi.
Tulisan tersebut lama-kelamaan berkembang dan digunakan oleh banyak orang pada
generasi-generasi mendatang. Tulisan ini akhirnya bukan hanya menyebar di
daratan Cina melainkan juga ke Korea dan Jepang.[7]
2.
Dinasti
Chou dan berkembangnya Ajaran Filsafat Cina (1027-221 SM)[8]
Ciri peradaban yang menonjol pada masa
Dinasti Chou adalah dibentuknya pemerintahan pusat yang kuat, hal tersebut
didukung oleh para bangsawan yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan sebuah
Negara. Kota-kota yang dibangun pun secara terencana serta dilengkapi dengan
jalan-jalan dan kanal yang digunakan untuk mendistribusikan barang dan bahan
makanan ke penduduk di Kota.
Zaman dinasti Chou ditandai dengan
kemajuan kreativitas intelekual. Para pemikir Cina zaman Chou tersebut atara
lain Konfusius yang mengembangkan Konfusianisme, Lao Tze yang mengembangkan Taoisme,
Han Fei Tsu dan Li Ssu yang mengembangkan ajaran Legalisme,[9]
Moti atau Mo Tzu yang mengembangkan Mohisme, kaum Sophis yang
mengembangkan Sophisme, serta individualisme. Berikut ajaran filsafat yang
mereka kembangkan:
a)
Konfusianisme
Dalam masyarakat Cina, ajaran ini paling
berpengaruh hingga sekarang. Ajaran ini dibuat pada tahun 551-479 SM oleh
seorang guru bernama Kung Fu Tzu, ia mengajarkan pandangan filsafatnya melalui
lisan. Nama ajaran Konfusius diambil dari nama penciptanya, yaitu Kung Fu Tzu,
kemudian oleh muridnya ditulis dalam sebuah buku yang terkenal, yaitu Analects.
Inti pemikiran Konfusius terpusat pada
masalah kehidupan sehari-hari manusia dan pentingnya perilaku baik individu
dalam masarakat. Dia memandang keluarga sebagai inti terpenting dalam
masyarakat. Di dalam keluarga, laki-laki berkuasa atas wanita dan yang tua
harus dihormati oleh yang muda.[10]
Ajaran Konfusius berpandangan bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang baik,
maka penguasa harus bersifat adil, jujur, bijaksana, dan memberi kasih sayang
pada semua golongan. Intinya, pemerintahan harus bersifat humanis.
b)
Taoisme
Ajaran ini berkembang pada abad ke-6 SM
sesuai dengan kehidupan Lao Tzu (Lau-Tse), orang yang yang mengajarkan dan
mengembangkan ajaran Taoisme ini. Intisari ajaran yang dikembangkan Lao Tzu
bertujuan untuk memelihara harmoni antara kehidupan manusia di dunia dan hukum
universal alam jagat raya (law of natural), yaitu Tao. Pada perkembangan
selanjutnya, ajaran Lao Tzu dikembangkan dan dilanjutkan oleh Chuang Tzu yang
hidup pada abad empat SM (369-286 SM) di Negara Chi. Nama sebenarnya adalah
Chou. Karena itu, ia juga bisa disebut Chuang Chou.
Berbeda dengan ajaran konfusianisme yang
mencapai tujuannya dengan cara-cara ilmiah, yaitu menyelidiki keadaan masyarakat
dan memperhatikan keadaan manusia. Sedangkan dalam Taoisme, untuk mendekati
tujuan perjuangannya secara langsung melalui ketajaman intuisi, maka cara yang
digunakan adalah pengembangan kepekaan perasaan (sensitivitas) dan emosi. Maka
dari itu Cofusius dianggap sebagai orang rasionalis, sedangkan Lao Tzu sebagai
orang mistikus. Dalam Taoisme ini, pemikiran utamanya dipusatkan pada hubungan
antara manusia dan pencipta.
c)
Mohisme
Ajaran ini muncul setelah Confucius
meninggal, ajaran ini diperkenalkan oleh seorang ahli pikir bernama Moti atau
Mo Tzu, maka ajaran ini disebut Mohisme. Ia hidup kira-kira pada tahun 479-381
SM. Moti atau Mo Tzu ini berasal dari negara Lu. Namun keterangan tentang
hidupnya tidak dapat diketahui dengan pasti. Keterangan tentang ajarannya hanya
diperoleh melaui bukunya yang terkenal dengan judul Mo Tzu. Didalam ajarannya
itu ia mempunyai pandangan yang sangat revolusioner, terutama mengenai susunan
masyarakat, ia juga menentang perbedaan yang tajam dalam kehidupan
bermasyarakat seperti yang terdapat dalam susunan masyarakat feodal. Atas dasar
itu, dapat dikatakan bahwa ajaran Mohisme yang revolusiner sangat kontrakdiktif
dengan ajaran Confusius yang konservatif.[11]Mo
Tzu menganjurkan kesederhanaan dan kesehajaan hidup seperti para pertapa.
Mohisme menolak segala macam kesenangan yang mewah (hedonistis), berbeda dengan
Confucianisme, ajaran Mo Tzu mempunyai susunan dan sistematika ajaran yang
sangat logis-rasional, semacam ilmu logika.
d)
Sophisme
Mo Tzu (Mo Ti) telah memberikan sumbangan
pemikiran filsafat yang sofistik terhadap sejarah dan perdaban Cina. Kontribusi
pemikiran tersebut berupa sistematika logika yang disusun dalam bentuk cara
berdiskusi yang sangat teratur. Pada
kira-kira akhir abad empat, tepatnya semasa munculnya Chuang Tzu, berkembang pula
cara diskusi yang sistematis dan bertaraf tinggi. Kelompok para pemikir yang
biasa melakukan diskusi itu disebut kaum Sophis atau dialektrisian.[12]
Para pengikutnya tersebar luas terutama di Negara Chi dan Wei. Cara berfikir
mereka dan sisematikanya sangat penting bagi perkembangan pemikiran filsafat
Cina, serta mempengaruhi para pemikir yang hidup pada abad tiga SM, diantaranya
Men Tzu dan Hsun Tzu.
e)
Individualisme
Selain para pemikir dan cendekiawan yang
terus berusaha meneliti dan mencari jalan bagi upaya penyelamatan kehidupan
masyarakat, ternyata ada juga tokoh pemikir yang bersikap individualistis dan
egoistis. Seorang individualis yang sangat ekstrim, antara lain, Yang Cu. Ia
hidup pada abad empat SM. Ajaran-ajarannya hanya dapat diketahui dari pemberitaan
lawan-lawannya. Ia adalah seorang pemikir yang pesimistis dan cenderung
tertarik pada paham sinisme. Ia sangat egosentris, dan sama sekali tidak menghiraukan
segala macam kegiatan orang lain.[13]
f)
Legalisme
Filsafat yang tergolong penting bagi
perkembangan dan terbentuknya negara kesatua Cina adalah ajaran filsafat penganut
paham Fa Chia, atau yang lazim diebut kaum legalis. Fa berarti undangundang
atau hokum, jadi Fa Chia atau legalisme artinya ajaran yang menurut undang-undang
atau hukum, dan karena itu pula pahamnya disebut legalisme.
Berkembangnya ajaran ini diperkirakan pada abad empat dan tiga SM. Para
penemunya, Han Fei Tze (233 SM) dan Li Ssu (208 SM), mereka merupakan pejabat dinasti
Chou yng berfilsafat bahwa pemerintah harus memiliki sebanyak mungkin kekuasaan
untuk meredam pemberontak. Jadi pemerintah yang ideal adalah yang otokratis,
yaitu harus memaksakan kehendaknya agar potensi perlawanan pemberontak dapat
diatasi. Namun ajaran legalisme kurang berkembang karena pemikirannya dianggap
terlalu sempit dan akhirnya kalah bersaing dengan Teoisme dan Konfusianisme.
Selain kedua dinasti di atas, masih ada
dinasti-dinasti lain di wilayah Cina, seperti dinasti Ch’in yang berdiri
sekitar tahun 221-207 SM dan dinasti Han yang berdiri sekitar tahun 206 SM –
220 M. Namun kedua dinasti ini tidak bertahan lama seperti dinasti-dinasti
sebelumnya.
3.
Zaman
Imperium Cina dan Hasil Peradabannya[14]
Cina memasuki zaman dinasti baru setelah
Shih Huang Ti diangkat sebagai kaisar pertama dinasti Chi’in. Dinasi Chi’in
adalah kelanjutan dari dinasti Chou. Dibawah kaisar Shi Huang Ti wilayah
kekuasaan Ch’in meluas. Dinasti Han yang menggantikannya mampu memperluas dan
mepertahankan kesatuan Cina selama berabad-abad.[15]
Banyak tindakan-tindakan dramatis yang dilakukan kaisar Shih Huang Ti selama
menjalankan pemerintahannya.
Pertama, dia menghancurkan kekuasaan feodal
dan mengadakan landreform, diantaranya petani diberi hak lebih besar, pemintalan
teksil (sutra) menjadi perhatian utama kaisar dibidang ekonomi, adanya jaringan
jalan raya sehingga perdagangan meningkat. Kedua, membuat standarisasi tulisan
karena wilayah Cina yang semakin meluas dan keragaman dialek dalam
berkomunikasi. Ketiga, meningkatkan sistem pertahanan dengan cara membangun
tembok raksasa (the Great Wall of Cina) dengan panjang sekitar 6400 Km.
keempat, membuat pemerintahan sentralisasi dan menjalankan pemerintahan secara diktator.
Tampilnya Liu Pang sebagai kaisar dinasti
Han (206 SM – 220 M) menandai lahirnya zaman Imperium Cina. Dinasti baru ini
meneruskan tradisi dinasti sebelumnya, tetapi feodalisme tetap dikekang,
pemerintah bersifat otokratis yang didukung oleh pejabat berpendidikan yang
bukan berasal dari golongan aristokrat. Para pejabat diseleksi berdasarkan sistem
sosial yang ketat untuk ditempatkan pada jabatan-jabatan sipil pemerintahan.[16]
Beberapa kemajuan pada masa pemerintahan
Han Wu Ti diantaranya, wilayah imperium diperluas ke Turkestan, India, Korea,
dan Indocina. Perdagangan mengalami kemajuan sehingga terjadinya pertemuan budaya
Cina dan India. Adanya pengaruh kebudaaan Cina dan India di wilayah Indocina.
Karena hubungan dagang pula agama Budha dapat masuk ke wilayah Cina.
Dari situ pula muncul tokokt-okoh yang
ahli dibidangnya, seperti Tsu-ma Ch’ien (146-86 SM), ia merupakan seorang
sejarawan yang membuat suatu karya yang berjudul “Catatan Sejarawan-Sejarawan
Besar” yang berisi catatan sejarah mengenai para dinasti, kaisar, menteri, dan
jenderal yang berkuasa sebelumnya. Ching Chi, seorang ahli dibidang kedokteran.
Hua To seorang ahi bedah yang mampu melakukan teknik bedah tanpa rasa sakit
dengan menggunakan obat yang diramu dengan anggur. Chan Heng (78-139 M) seorang
ahli dibidang matematika.
Peradaan zaman Han yang paling
mengagumkan adalah ditemukannya kertas sekitar tahun 105 M. Penemuan tersebut
menunjang peradaban yang lebih tinggi pada dinasti-dinasti berikutnya. Masa
setelah runtuhnya Dinasti Han pada 220 M ditandai dengan perang saudara.
Setelah kurang lebih 400 tahun berperang, Cina disatukan lagi oleh dinasti Tang
(618-906 M) sejak zaman Tang, pendidikan di Cina mengalami kemajuan, perdagangan
dan perjanjian dagang dengan India, Persia, Arab, dan Jepang lebih intensif.
Empat dinasti yang berkuasa sampai abad ke-20 adalah Sung (906-1280 M), Mongol
(1259-1368 M), Ming (168-144 M) dan Menchu (1644-1912 M).[17]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Awal
mula perkembangan peradaban Cina Kuno berasal dari daerah sekitar sungai Huang
Ho (Kuning) di Utara dan sungai Yang Tse di Selatan. Kedua sungai ini disamping
sering membawa musibah banjir namun juga berkah tersendiri bagi masyarakat yang
tinggal di sekitarnya. Luapan banjir tersebut membawa endapan tanah yang subur
sehingga banyak tanaman tumbuh subur di atasnya.
J.L.
Duyvendak mengemukakan pendapatnya tentang periodisasi sejarah Cina sebagai
berikut:
1.
Zaman
Shang (1523-1028 SM), biasa disebut zaman
prakasik
2.
Zaman
Chou (108-256 SM), biasa disebut zaman kuno atau klasik
3.
Zaman
Ch’in (221-206 SM) dan zaman Han
(206 M – 220 M), lazim disebut zaman kuno akhir
4.
Zaman
Republik Cina (1912), biasa
disebut permulaan zaman modern.
Dalam sejarah Cina, banyak sekali
dinasti-dinasti yang muncul, namun dinasti yang bertahan lama dan memiliki
pengaruh besar diantaranya dinasti Shang dan dinasti Chou. Zaman dinasti Chou
ditandai dengan kemajuan kreativitas intelekual. Para pemikir Cina zaman Chou
tersebut atara lain Konfusius yang mengembangkan Konfusianisme, Lao Tze yang
mengembangkan Taoisme, Han Fei Tsu dan Li Ssu yang mengembangkan ajaran
Legalisme, Moti atau Mo Tzu yang mengembangkan Mohisme, kaum Sophis yang
mengembangkan Sophisme, serta individualisme.
[1]
Wiriaatmadja, Rochiati, dkk. Sejarah dan Peradaban Cina:
Analisis filosofis-historis dan sosio-antropologis, (Bandung:
Humaniora,2003), hal v
[2]
Wiriaatmadja,
Rochiati, dkk. Sejarah dan Peradaban Cina: Analisis filosofis-historis dan
sosio-antropologis, (Bandung: Humaniora,2003), hal 25
[3]
Ibid, hal 45
[5] Ibid
[11]
Wiriaatmadja,
Rochiati, dkk. Sejarah dan Peradaban Cina: Analisis filosofis-historis dan
sosio-antropologis, (Bandung: Humaniora,2003), hal 126
[12]
Wiriaatmadja,
Rochiati, dkk. Sejarah dan Peradaban Cina: Analisis filosofis-historis dan
sosio-antropologis, (Bandung: Humaniora,2003), hal 127
[17]
Ibid, hal 109
Tidak ada komentar:
Posting Komentar